Senin, 19 November 2012

PENGERTIAN & CONTOH DARI KONSUMEN INNOVATIVENESS, CONSUMER COMPULISIVE CONSUMPTION, DAN CONSUMER ETHNORCENTRISM



PENGERTIAN & CONTOH DARI KONSUMEN INNOVATIVENESS, CONSUMER COMPULISIVE CONSUMPTION, DAN CONSUMER ETHNORCENTRISM

Consumer Innovativeness

Tingkat dimana konsumen menerima produk baru, layanan baru, atau praktik baru. Sifat ini penting untuk konsumen dan pemasar karena keduanya bisa mendapatkan keuntungan dari inovasi yang tepat. Peneliti banyak konsumen telah mencoba untuk mengembangkan instrumen pengukuran untuk mengukur tingkat inovasi konsumen.
Peluncuran produk baru dan jasa di pasar merupakan penting sumber meningkatkan ukuran bisnis dan keuntungan perusahaan. Keberhasilan memperkenalkan produk baru di pasar adalah isu penting dari pemasaran saat ini program.

Pendekatan pertama, salah satu mengacu pada cara produk baru atau ide-ide yang tersebar di pasar, yang dinamakan difusi. Sebagai hasil dari penelitian mengenai penyebaran teknologi baru, produk dan jasa, studi penelitian pada proses difusi telah diperpanjang. Para peneliti telah berfokus baik pada menjelaskan proses difusi dan menyusun beberapa model dari proses difusi.

Pendekatan kedua, mengacu pada adopsi atau proses putusan yang menentukan konsumen untuk menerima atau menolak produk baru atau ide.

Contoh Kasus Consumer Innovativeness

Sebagai contoh, Mr. X yang memiliki pengalaman meluncurkan produk baru melalui jasa lalu sebagai manajer pengembangan penjualan di Johnson & Johnson, direkomendasikan bahwa bisnis mempekerjakan "strategi air terjun" (yaitu, sebuah rilis country-to-negara yang berjenjang ) versus "strategi sprinkler" (semua pada satu waktu) untuk produk baru, pastikan untuk pendekatan mereka bervariasi tergantung pada negara dan kategori produk.
 Pemerintah dapat menerapkan penelitian ini ketika memperkenalkan produk baru, seperti mobil hemat bahan bakar, dan pelayanan kepada warganya dan  mengatakan kepada mereka siapa yang harus menargetkan pertama di mana daerah.


Consumer Compulsive Consumption
Topik konsumsi kompulsif, bahwa dorongan untuk membeli incontrollable yang mempengaruhi banyak konsumen yang besar, telah menerima peningkatan perhatian dari para peneliti selama beberapa tahun terakhir. Para peneliti telah melaporkan temuan menarik tentang bentuk menarik dari kecanduan. Strategi penelitian umum mereka telah ke pembeli kontras kompulsif dari konsumen biasa pada variabel yang relevan secara teoritis. Mereka telah menemukan konsumen kompulsif untuk menjadi lebih materialistis tapi tanpa harus melampirkan kepentingan yang lebih besar terhadap kepemilikan barang-barang konsumsi. Mereka juga menemukan mereka untuk menjadi lebih iri, lebih mungkin untuk berpikir bahwa berbelanja adalah menyenangkan, kurang murah hati, lebih mungkin untuk merasa bersalah setelah membeli sesuatu, lebih tinggi pada orientasi fantasi-imajinasi umum dan lebih rendah pada harga diri.
Strategi penelitian kompulsif versus normal juga telah diadopsi dalam penelitian lain. Sebagai bagian dari proses validasi instrumen pengukuran, Valence, d'Astous dan Fortier (1988) telah menemukan pembeli kompulsif menjadi lebih cemas pada umumnya dan lebih mungkin untuk memiliki dalam lingkaran keluarga mereka orang tua yang menunjukkan perilaku konsumen kasar seperti alkoholisme , toxicomania atau bulimia. Dalam penelitian lainnya (d'Astous dan Bellemare 1989), sejumlah kecil pembeli kompulsif dan normal sesuai dengan usia, jenis kelamin, pendapatan dan pekerjaan yang kontras pada reaksi mereka untuk mencetak iklan. Kelompok kompulsif ditunjukkan untuk bereaksi lebih baik daripada kelompok lain untuk gambar-berorientasi iklan
 
Contoh Kasus Consumer Compulsive Consumption
(misalnya "Polo Ralph Lauren. Bagi mereka yang memiliki kelas.") Sebagai lawan iklan yang menekankan manfaat produk (misalnya "Polo Ralph Lauren. Hanya kualitas ").. Nampak jelas disini menjelaskan hasil ini dengan menyatakan bahwa kegilaan konsumen kompulsif 'membeli berfungsi sebagai sarana untuk meningkatkan citra diri mereka. Mereka lebih memilih gambar-berorientasi iklan karena konsisten dengan membeli sebagai tanda status sosial.


Consumer Ethnocentrism
Pada dasarnya, orang etnosentris cenderung memandang kelompok mereka sebagai superior dari orang lain. Dengan demikian, mereka memandang kelompok lain dari perspektif mereka sendiri, dan menolak orang-orang yang berbeda dan menerima orang-orang yang mirip. Hal ini, pada gilirannya, berasal dari teori-teori sosiologi sebelumnya di-kelompok dan keluar-kelompok. Etnosentrisme, maka secara konsisten ditemukan, adalah normal untuk kelompok-ke-keluar kelompok.
Etnosentrisme konsumen khusus mengacu pada pandangan etnosentris yang diselenggarakan oleh konsumen di satu negara, dalam kelompok, terhadap produk dari negara lain, keluar-kelompok (Shimp & Sharma, 1987). Konsumen mungkin percaya bahwa itu tidak tepat, dan bahkan mungkin tidak bermoral, untuk membeli produk-produk dari negara lain.
 Pembelian produk asing dapat dipandang sebagai tidak layak karena biaya pekerjaan domestik dan melukai ekonomi. Pembelian produk asing bahkan dapat dilihat sebagai hanya patriotic.
Etnosentrisme konsumen individu memberikan pemahaman tentang apa pembelian yang diterima oleh kelompok, serta perasaan identitas dan milik. Bagi konsumen yang tidak etnosentris, atau polisentris konsumen, produk dievaluasi berdasarkan jasa-jasa mereka eksklusif asal-usul kebangsaan, atau bahkan mungkin dilihat lebih positif karena mereka asing .

Contoh Kasus Consumer Ethnocentrism
            Beberapa etnosentrisme konsumen telah diidentifikasi oleh berbagai penelitian.contohny,  Konsumen yang cenderung kurang etnosentris adalah mereka yang masih muda, mereka yang laki-laki, orang-orang yang berpendidikan lebih baik, dan mereka dengan tingkat pendapatan yang lebih tinggi. Karena  faktor-faktor penentu etnosentrisme konsumen dapat bervariasi dari satu negara ke negara dan budaya ke budaya. Di Turki, patriotiotisme ditemukan motif yang paling penting untuk etnosentrisme konsumen.  Diteorikan, adalah karena budaya kolektivis Turki, dengan patriotisme menjadi ekspresi penting dari kesetiaan kepada kelompok.  Di Republik Ceko lebih individualistis, perasaan nasionalisme berdasarkan rasa superioritas dan dominasi muncul untuk memberikan kontribusi yang paling penting untuk etnosentrisme konsumen.

Sumber :

Ø  Roehrich, G., “Consumer Innovativeness: Concepts and Measurements,” Journal of
Business Research , 57 , 671-677 (2004)

Senin, 22 Oktober 2012

EVALUASI ALTERNATIF SEBELUM PEMBELIAN


  EVALUASI ALTERNATIF SEBELUM PEMBELIAN

1.     Kriteria Evaluasi

Selama evaluasi, konsumen akan belajar dari pengalaman dan pola pengumpulan informasi mungkin berubah, evaluasi merek, dan pemilihan merek. Pengalamn konsumsi secara langsung akan berpengaruh apakah konsumen akan membeli merek yang sama lagi.
konsumen memerlukan informasi yang relative lengkap untuk membentuk criteria evaluasi dari kriteria yang baku .Prosesnya lebih rumit dan panjang mengikuti proses tradisional. Mulai dari sadar akan kebutuhan, motivasi untuk memenuhi kebutuhan, mencari informasi, mengembangkan alternative, memilih satu dari berbagai alternatif dan memutuskan untuk membeli. Terutama menyangkut produk yang gampang terlihat oang lain dan sangat mempengaruhi citra diri sosial seseorang (significant others; orang lain yang signifikan bagi kehidupan seseorang, terutama citra dirinya).

2.      Penentuan Alternativ pilihan
Setelah criteria yang akan menjadi alternative pilihan di tentukan barulah konsumen menentukan alternative produk yang menjadi pilihannya.

3.      menaksir alternariv pilihan
Setelah alternative pilihan telah di tentukan konsumen perlu menaksir atau memperkirakan produk yang kita tuju sebagai alternative pilihan tersebut. Apakah produk tersebut dapat memenuhi kebutuhan kita sebagai alternative pilihan dari produk utama ataukah tidak, di perlukan adanya analisis terhadap produk tersebut.

4.      Menyeleksi Aturan Pengambilan Keputusan     
Keputusan konsumen untuk membeli atau tidak membeli suatu produk atau jasa merupakan saat yang penting bagi pemasaran. Keputusan ini dapat menandai apakah suatu strategi pemasaran telah cukup bijaksana, berwawasan luas, dan efektif, atau apakah kurang baik direncanakan atau keliru menetapkan sasaran. Keputusan merupakan seleksi terhadap dua pilihan alternative atau lebih.
Riset konsumen eksperimental mengungkapkan bahwa menyediakan pilihan bagi konsumen ketika sesungguhnya tidak ada satu pun pilihan, dapat dijadikan strategi bisnis yang tepat, strategi tersebut dapat meningkatkan penjualan dalam jumlah yang sangat besar.

Teori-teori pengambilan keputusan konsumen bervariasi, tergantung kepada asumsi peneliti mengenai sifat-sifat manusia. Terdapat empat pandangan atas pengambilan keputusan konsumen:
1.   Pandangan ekonomi, konsumen sering dianggap sebagai pengambil keputusan yang rasional.
2.    Pandangan pasif, menggambarkan konsumen sebagai orang yang pada dasarnya tunduk pada kepentingan melayani diri dan usaha promosi para pemasar. Para konsumen dianggap sebagai pembeli yang menurutkan kata hati dan irasional.
3.    Pandangan kognitif, menggambarkan konsumen berada diantara pandangan ekonomi dan pandangan pasif yang ekstrim, yang tidak (atau tidak dapat) memperoleh pengetahuan yang mutlak mengenai semua alternatif produk yang tersedia dan karena itu tidak dapat mengambil keputusan yang sempurna, namun secara aktif mencari informasi dan berusaha mengambil keputusan yang memuaskan.
4.    Pandangan emosional, mengambil keputusan yang emosional atau impulsive (menurutkan desakan hati).
ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN OLEH KONSUMEN
  1. Sudut pandang ekonomis, konsumen sebagai orang yang membuat keputusan secara rasional harus mengetahui semua kelemahan dan kekuatan produk atau jasa yang dibelinya serta mempertimbangkan kegunaannya untuk jangka pendek, menengah dan panjang.
  1. Sudut pandang kognitif, konsumen merupakan pengelolah informasi yang selalu mencari tahu apa saja tentang produk dan jasa yang dibutuhkan. Pengelola informasi selalu berujung pada pilihan unutk membeli atau menolak produk tersebut.
  1. Sudut pandang emosional, konsumen yang memiliki sifat cenderung mengkoleksi atau emmfavoritkan suatu barang atau jasa dan akan melakukan apa pun demi mendapatkannya termasuk dalam golongan ini, sehingga anggapan emotional man itu tidak rasional adalah tidak benar. Tetapi, bila sudah mendapatkan produk yang membuat perasaan mereka lebih baik, maka keputusan yag mereka ambil merupakan keputusan rasional.

PENGAMBILAN KEPUTUSAN OLEH KONSUMEN
  1. Pengaruh eksternal
  • Keluarga
  • sumber informasi
  • kelas social
  • budaya
     2.  Pengambilan keputusan pada konsumen
  • sadar akan kebutuhan
  • mencari sebelum membeli/ survey
  • mengevaluasi produk
     3.  Area psikologis
  • motivasi
  • persepsi
  • pembelajaran
  • kepribadian
  • sikap
     4.  Perilaku setelah keputusan pembelian
  • percobaan
  • pembelian ulang

TIGA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PILIHAN KONSUMEN
  1. Konsumen individu, Pilihan merk dipengaruhi oleh kebutuhan konsumen, persepsi atas karakteristik merk dan sikap ke arah pilihan. Sebagai tambahan, pilihan merk dipengaruhi oleh demografi konsumen, gaya hidup dan karakteristik personalia.
  2. Pengaruh lingkungan, Lingkungan pembelian konsumen ditunjukkan oleh budaya (norma kemasyarakatan, pengaruh kedaerahan atau kesukuan), kelas sosial, teman, anggota eluarga dan faktor yang menentukan situasional.
  3. marketing strategy, Pemasaran yang baik adalah pemasaran yangmempunyai banyak data atau informasi dari konsumen untuk evaluasi dalam proses pengambilan keputsan, sehingga pangsa pasar dapat tepat sasaran.
 Contoh Kasus :

Pertimbangan Impor Versus Amerika dalam Pembelian Mobil Baru

                  Apakah ada perbedaan dalam kemungkinan bahwa sebuah mobil akan dipertimbangkan untuk dibeli bergantung pada negara asalnya? Jawabannya, berdasarkan sebuah survey atas 1.000 rumah tangga Amerika oleh Market Facts, sebuah perusahaan penelitian pasar berbasis Chicago, adalahYa. Hampir 90 % responden menunjukkan bahwa mereka pasti atau mungkin mempertimbangkan mobil buatan Amerika jika mereka berblanjan dewasa ini. Persentase ini turun 32 % untuk mobil Jepang dan 27 % untuk mobil Eropa.
                  Analisis lebih jauh mengungkapkan bahwa kesediaan konsumen untuk menerima mobil impor bervariasi menurut usia. Konsumen yang lebih muda lebih mungkin memperertimbangkan mobil impor dibandingkan konsumen yang lebih tua. rSementara kurang dari 20 % dari mereka yang berusia 55 tahun ke atas mempertimbangkan mobil Eropa, hampir 40 % dari mereka di bawah usia 35 akan berbuat begitu pula. Demikian pula halnya, mobil Jepang mencatat 17 % rata-rata pertimbangan di antara pangsa usia 55 ke atas, bandingkan dengan 43 % di kalangan konsumen di bawah usia 35 tahun. Peran demografik ini mengesankan bahwa pabrik Amerika dapat mengantisipasi persaingan yang bahkan lebih bsar dari mobil impor sementara waktu berlalu disebabkan kesediaan menerima yang lebih besar dari konsumen yang lebih muda.

Sumber :




Jumat, 12 Oktober 2012


Studi kasus proses pengambilan keputusan oleh konsumen:

Ada seorang mahasiswa yang ingin  membeli laptop baru guna mendukung perkuliahannya. Ketika dalam proses negosiasi pembelian, muncul seorang pelayan yang juga kasir di toko laptop itu untuk melayani mahasiswa tersebut, ketika mahasiswa tersebut dihadapkan dengan dua pilihan apakah ingin membeli laptop bermerk X atau laptop bermerek Y. setelah mahasiswa itu memutuskan untuk bertanya kepada playannya, jelas si pelayan akan menyarankan si mahasiswa untuk membeli laptop dengan kualitas yang baik dan terjamin dari kedua pilihan laptop yang ada. Dari sini kita bisa melihat bahwa si pelayan dalam contoh kasus ini bertindak sebagai influencer, karena dia mampu mempengaruhi atau mendorong mahasiswa untuk menentukan pilihan yang akan diambilnya.


Sumber